Sabtu, 18 Juni 2011

Tears, Laugh, and Love

Sepintas, kisah ini mirip serial meteor garden, boys before flower, atau meteor shower versi Taiwannya. Tapi di dalam kisah ini, terdapat beberapa perbedaan yang lain dari semuanya. Ada air mata, tawa, dan cinta. Dan semua terangkum jadi satu di "Tears, Laugh, and Love".



ketika kau memilih cinta, enyahkan saja persahabatan kita
dan ketika kau memilih persahabatan, enyahkan saja rasa cinta itu

            Di ruang musik itu, Brian termenung sendiri. Gitarnya dibiarkan tergeletak bersandar pada sebuah sound system. Badannya terasa tak enak. Kata-kata itu masih bersarang di otaknya. Sesekali ia menghilangkan jenuhnya dengan memainkan piano atau gitar di ruangan itu, tapi selalu gagal. Bayang-bayang gadis itu masih tampak di depannya. Dan sebuah tanda tanya besar membuatnya ingin terus mencari sebuah jawaban yang pasti.
            Tok..tok..tok .., suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. "Ternyata loe yang main piano", kata gadis itu. "Hm.. iya, kenapa?", jawab Brian. "Gak papa" , jawabnya singkat sambil meninggalkan ruang musik.
            Entah mengapa sejak gengnya berurusan dengan gadis itu, Brian terus memikirkannya. Padahal ia tau, semua itu berdampak buruk pada persahabatannya dengan 5POINT. Sekeras mungkin ia berusaha menghilangkan egonya.

                                                                   * * * * * * 

            Tempat parkir sekolah yang biasanya sepi menjadi ramai. Maklum, tempat itu sekarang menjadi tongkrongan geng 5POINT sejak tragedi "tabrak maut sepeda ontel". Kali itu mereka berkumpul tak hanya berlima, melainkan berdelapan dengan tiga orang cewek yang tampak kebingungan. Randy, petolan geng itu menjajarkan mobil BMW merahnya dengan sepeda ontel milik salah satu cewek itu.
Randy memberitahukan sisi dari mobilnya yang bonyok. Ketiga cewek tadi makin gemetar.
            "Elo.. tau harga mobil gue dibanding sepeda loe ?", kata Randy sambil menudingkan telunjuknya ke salah satu cewek. "Gue bisa beli sepeda kayak punya loe berpuluh-puluh", lanjutnya sambil menggertak. Gadis itu langsung lari pergi. "Nay.. Nayya ....", kedua temannya ikut mengejar.
            Semenjak tragdei itu, Nayya harus berurusan dengan 5POINT. Ia harus mengganti kerusakan mobil Randy. Tak perlu uang ataupun mobil yang sama, Randy hanya ingin Nayya jadi pembokatnya. Iapun menyetujuinya dengan berat hati. Bukannya ia takut, tapi bagi Nayya ini adalah awal langkahnya untuk mengahancurkan geng 5POINT yang sangat ia benci, terlebih Randy si playboy cap kumis kucing.
             Dengan sabar Nayya mengikuti semua perintah Randy cs. Ia sadar, membutuhkan kesabaran tingkat tinggi untuk mengalahkan Randy. Meskipun beda kelas, Randy tetap memerintahkan Nayya untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya. Tak hanya itu, Nayya juga disuruh mencuci mobil Randy di parkiran sekolah. Teman-teman Nayya yang lain semakin tak tega dengan nasib temannya itu. Melihat Nayya diperbudak seperti itu, 5POINT makin senang. Bagi mereka, Nayya hanya murid baru yang menyebalkan, begitu juga dengan Nayya. Sejak memasuki sekolah itu, rasa benci mendalam pada 5POINT menghinggapi hatinya.
            Siang itu Brian duduk sendirian di balkon atas. Seperti biasa ia menyendiri dari teman-temannya. Tampak sekali ia menikmati kesendirian. Dari atas, ia melihat Nayya sedang mencuci mobil Randy. Dalam hati ia merasa kasian, tapi apa daya ia tak bisa melakukan apapun selama Randy berkuasa.

Di tempat lain, di basecamp 5POINT..
            Randy dan teman-temannya sedang merencanakan sesuatu.
"Eh, loe mau gag bikin tuh cewek makin kapok ?", tanya Andra, anggota 5POINT paling jail dampak broken home itu. Dia klop banget sama Randy.
"Kalo mau apa emg rencananya ?", tanya Randy penasaran.
"Loe tembak aja dia, pasti dia kesengsem ma loe.. nah kalo dia udah beneran sayang ma loe.. loe tinggal deh", jawab Renno, anggota 5POINT yang jago banget main basket.
"Dengan gitu, dia pasti kalah sama kita-kita Ran..", kata Bima, anggota 5POINT yang kelihatan paling cool dan keren.
Randy senyum-senyum sendiri memikirkan ide teman-temannya. Tanpa pikir panjang ia menyetujui saran cs.annya itu.


                                                                  * * * * * *

            Tak terasa sebulan sudah Nayya jadi pembokat 5POINT. Ia berusaha menahan rasa jengkelnya. Rupanya ia sudah mulai menemukan cara balas dendam. Tinggal menunggu saat yang tepat untuk melancarkan aksinya.
            Segerombolan Randy cs mendatangi Nayya yang lagi asyik makan bakso sendirian di kantin. BRUKK. ! Randy membanting undangan di depan Nayya. Perlahan Nayya membacanya, itu undangan ulang tahun Randy. Hmm .. ia segera memasukkan undangan itu di dalam tas. Tanpa berkata apa-apa, Randy cs langsung meninggalkan Nayya.
            Nayya senyum-senyum sendiri membaca undangan itu. Pasalnya, hanya mereka-mereka yang beruntunglah yang bisa dapet undangan itu, dan ia salah satunya. Hmm, tapi ia bingung dengan dresscode yang harus dipakai, gaun malam.

Rumah Randy ..
            Ia bingung harus mengutarakan perasaannya pada Nayya dengan cara bagaimana  di pesta ulang tahunnya nanti. Aneh saja ide konyol dari teman-temannya itu. Tak mau dianggap pecundang, Randy menerima tantangan dari teman-temannya, nembak Nayya, cewek yang sama sekali tak membuatnya tertarik dan bahkan menjengkelkan. Bola matanya terus berputar mencari inspirasi sambil memandangi sepeda ontel Nayya yang kini ia tawan.


                                                                      * * * * * *



        Happy Birthday Randy ..

Tulisan itu tertampang di depan rumah Randy dan menyambut para undangan yang datang. Malam itu Randy cs tampil lebih rapi dan keren-keren dengan kemeja dan jas perpaduan warna hitam dan putih, sedangkan para undangan cewek memakai gaun malam warna merah atau pink. Rumah Randy tampak ramai malam itu. Iapun menyambut tamu-tamunya dengan ramah.
Nayya berjalan sendirian dengan gugup dan kebingungan. Pasalnya ia tak ada teman sama sekali disana. Kedua temannya tak diundang Randy. Ia terus berjalan masuk sambil menunduk seperti anak ayam kehilangan induknya. Sejenak terdengar suara segerombolan cewek yang membicarakannya, maklum  gadis tomboy itu tak kebiasaan memakai rok dan tampak sedikit aneh. Tapi lain dengan Brian. Penampilan Nayya malam itu mampu menarik perhatiannya. Ia segera menghampiri Nayya dan bersedia menemaninya . Brian mengantarkan Nayya mengucapkan selamat pada Randy. Merekapun saling bersalaman sinis.
Tak mau membuang waktu, Randy segera membuka acara malam itu. Pestapun dimulai. Semua asyik menikmati hidangan yang beragam itu. Randy sudah menyiapkan berbagai kejutan untuk semua tamu undangannya. Ia akan melaksanakan semua rencana temannya. Acara makan-makanpun selesai. Randy mengajak semuanya pesta dansa. Sebuah kejutan bagi Nayya, Randy mengajaknya berdansa. Di tengah-tengah suasana romantis itu, ada sebuah kejadian mengejutkan. Randy mengungkapkan perasaannya pada Nayya. Semua langsung berhenti berdansa, dan kagum dengan keduanya. Randy berlutut di depan Nayya sambil memberinya bunga mawar. Tepuk tanganpun makin meriah saat Nayya menganggukkan kepalanya, pertanda ia menerima cinta Randy. Malam itu sekaligus merayakan hari jadian keduanya.

Rumah Nayya..
Ia masih tak percaya dengan apa yang menimpanya tadi. Tak pernah terpikir dalam benaknya,  seorang Randy yang baginya menyebalkan  bisa mengungkapkan rasa cinta padanya. Rasanya ia seperti terhipnotis oleh tatapan mata Randy. Hatinya begitu mudah luluh oleh pria itu. Masih terbayang-bayang wajah Randy di hatinya. Nayya senyum-senyum sendiri terus, masih tak menyangka dengan hari itu.

                                                 * * * * * *

Terhitung sejak hari ulang tahun Randy, tepat 3 bulan sudah ia berpacaran dengan Nayya. Semua terasa indah sejak ada Nayya. Hari-hari Randy berubah menjadi ceria. Ada sesuatu yang berbeda dari Nayya yang tak bisa ia dapatkan dari cewek-cewek lain. Tanpa disadari, waktu perjanjian yang ditentukan dengan 5POINT hampir habis. Ia harus memutuskan hubungannya dengan Nayya. Jujur ia tak bisa membohongi hatinya kalau benih-benih sayang itu tumbuh nyata.
Setiap hari mereka habiskan waktu bersama. Berangkat sekolah, pulang sekolah, di sekolah, dimanapun, mereka selalu berdua. Melihat keadaan itu, Andra cs merasa kesal. Ia merasakan keanehan pada Randy. Kekompakannya berkurang. Ia lebih mengutamakan Nayya daripada 5 POINT.

Di taman sekolah..
            Randy duduk sendirian.  Tak biasanya ia menyendiri. Akhir-akhir ini ia menjadi bahan perbincangan sekolah. Tiba-tiba 5POINT mendekatinya.
“buktiin loe bukan pecundang Ran, batas waktu loe udah abis”, kata Andra sinis. Randy hanya diam dan mengangkat alis matanya acuh. Sesaat kemudian mereka meninggalkan Randy sendirian. Sepeninggal cs.an Randy itu, Nayya datang. Ia duduk di sebelah Randy. Nayya tau hubungan Randy dan 5POINT merenggang, dan ia sadar itu karena ulahnya. Nayya sedikit menenangkan Randy. Ia menggenggam tangan Randy dan memberikan bingkisan padanya.  Keduanya saling berpandangan dan tersenyum.

Rumah Randy ..
            Tak tau harus berbuat apa lagi. Ia bingung. Dalam pikirannya hanyalah rasa bersalah yang mendalam pada Nayya. Masih ia pegang miniatur sepasang lumba-lumba warna pink dan biru pemberian Nayya di genggamannya. Air mata Randy makin menetes ketika melihat foto seorang perempuan di dinding kamarnya. Dilema terbesar dalam hidupnya. Saatnya harga diri dan sebuah cinta dipertaruhkan.
            
                                                                    * * * * * *

Rasa sesal di dasar hati, diam tak mau pergi
haruskah aku lari dari, kenyataan ini..
tak pernah ku coba tuk sembunyi..
namun senyummu tetap mengikuti

            Alunan lagu itu terdengar sampai luar ruang musik. Suara merdu sang penyanyi memaksa Nayya untuk memasuki ruangan itu. Ternyata di dalam hanya ada Brian yang duduk santai di depan piano sambil terus memainkan tuts demi tuts tanpa peduli ada Nayya disitu. Nayya mendekati Brian dan duduk di pinggirnya.
"Loe mau nyusul Randy di cafe ?" , tanya Brian tanpa memandang Nayya. Nayya hanya mengangguk sambil tersenyum. 
"Tumben loe gak ikut ngumpul ?" , tanya Nayya. 
"Males. Loe jangan kesana ya Nay", pinta Brian sambil memegang tangan Nayya. Nayya tak menghiraukannya dan langsung pergi dari ruangan itu.



@Corner Cafe..
            Randy cs sedang  berkumpul disana. Tak seperti biasa, ada ekspresi terpaksa dari wajah Randy. Ia tak seceria biasanya. Dari kejauhan tampak Nayya datang dan melambaikan tangannya pada Randy. Iapun membalasnya dengan senyum mengembang. Nayya tampak ceria dan berjalan penuh yakin memasuki cafe itu.
"Sandiwara ini akan berakhir Ran", kata Bima. Randy mengangguk acuh.
            Nayya mendorong pintu cafe dan memasukinya perlahan. Baru pertama kali ia kesana. Dan saat mendekat ke arah Randy. DUARR ! Hatinya seperti disambar petir dan tersayat pisau belati yang langsung membagi dua hatinya. Kata-kata yang baru saja ia dengar dengan cepat menyambar telinga dan hatinya. Gue bisa buktiin kalo seorang Randy adalah penakluk cewek sejati." Dengan gampang Nayya bisa takluk ke gue. Dia itu cewek bodoh yang terjebak dalam permainan gue , haaahahahaha". kata-kata itu yang seketika membuat lemah hatinya. Nayya mendekati Randy. "Makasih", katanya singkat sambil berlalu pergi dengan beruraian air mata. Randy mengejar Nayya.
           Seseorang menghalangi langkah Nayya dan berdiri tepat di depannya. Nayya memandang wajah orang itu. Ternyata Brian. Wajahnya memerah, terpancar penuh emosi dengan perlakuan 5POINT tadi padanya. Brian langsung menggandeng tangan Nayya dan mengusap air matanya. Randy menghentikan langkahnya di depan pintu cafe. Dari jauh ia melihat Brian dan Nayya. Ada sesuatu di dalam hatinya yang tak bisa ia ungkapkan. 
 "tega ya liat cewek yang tulus sayang sama loe nangis?, suatu saat loe bakal ngerasain gimana sakitnya ditinggal cewek di saat loe bener-bener sayang dia", kata Brian sambil menahan emosi dan mengepalkan tangannya. Sesaat kemudian ia mengajak Nayya pergi.
            Brian mengajak Nayya ke sebuah gedung yang belum jadi. Ia mengajak Nayya menaiki lantai paling atas yang curam. Tampak sekali dari atas gedung itu keramaian ibu kota. Mobil berlalu lalang memadati jalanan, gedung-gedung tinggi menjulang, dan sekumpulan komunitas orang yang melakukan aktifitasnya. Dari sana, Nayya berteriak sekencang mungkin meluapkan emosinya. Sejenak Brian menenangkannya. Semua akan lebih baik Nay, tumpahin amarah loe disini. meskipun loe gak pernah tau gue selalu bertahan buat loe. Brian tersenyum.
           

                                                                   * * * * * *

            Di pojok koridor yang sepi itu mereka berbincang berdua. Randy dan Brian tampak membicarakan sesuatu. Tiba-tiba emosi Randy meluap. Ia mendorong Brian ke sudut tembok dan siap melayangkan kepalan tangannya. STOOOPPPPPPPPPPPP ! Renno yang saat itu lewat berusaha melerai keduanya. Ia menenangkan Randy.
"Loe gak akan pernah ngerti perasaan gue. Gue kira loe sodara dan sahabat yang baik buat gue, ternyata ? Loe rebut semua yang berharga dari gue. Keluarga , harta , dan.. ", Randy menghentikan perkataannya. Ia terduduk lemas. Berkali-kali ia memukul-mukul tembok sekeras mungkin.
"Nayya" , Brian melanjutkan perkataan Randy. Semua kaget mendengar perkataan Brian barusan. 


Di tempat lain, kantin sekolah.
            Semua memandang sinis Nayya. Mereka berbisik-bisik menyebut nama Nayya. Ia makin kebingungan dengan keadaan yang menimpanya. Tapi ia tetap cuek. Keadaan makin membingungkan ketika semua murid berlarian ke arah koridor tempat 5POINT berkumpul tadi. Cepat-cepat Nayya meninggalkan kantin dan ikut berlari ke arah keramaian.
            Di sana sudah tampak wajah Brian sedikit bonyok dengan darah mengalir di hidungnya. Randy masih memojokkan Brian. Sedangkan anggota 5POINT yang lain malah tenang dan diam saja. Nayya segera menghentikan pertikaian itu.
"Gara-gara anak baru ini nih 5POINT jadi ancur !", gertak seorang cewek yang ikut berkumpul di lokasi itu. 
"BUBAR SEMUUA WOOYY !", bentak Andra. Keadaanpun menjadi sepi. PROK ! Nayya menampar Randy, setelah itu ia pergi dan membawa Brian pergi. 
"Tampar gue sesuka hati, kalo itu bisa buat loe maafin kesalah gue", kata Randy berteriak keras. Tanpa sadar ia menangis dan memukuli dirinya sendiri.


                                                                  * * * * * *

            Nayya mengurung dirinya di kamar.  Ia sadar kondisinya belum stabil. Tiba-tiba ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Ia membuka pintu. Ibunya memberi tau Nayya ada seseorang sedang menunggunya di bawah. Ia segera turun. Betapa terkejutnya Nayya, orang itu Randy. Amarahnya meluap. Ibu Nayya menenangkan. Nayyapun sedikit tenang.
            Dari atas bukit itu beribu bintang tampak jelas. Keduanya sama-sama berdiam dan hanya memandang luas ke arah langit. Randy berusaha mencairkan suasana dan mengajak Nayya ngobrol. Brulangkali ia meminta maaf pada Nayya. Nayya hanya mengangguk angguk pelan. Perlahan, Randy menceritakan sesuatu..


"Semenjak perceraian itu, nyokap gue depresi. Semuanya terasa berubah.
Gue gak punya siapa-siapa lagi. Dan sejak kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tua Brian, nenek gue ngadopsi dia, karena di Indonesia dia juga sebatang kara. Kita jadi sodara yang saling melengkapi satu sama lain. Dari kecil gue dan Brian tumbuh bersama, dibesarkan dengan satu kasih sayang, nenek gue. Dan kehidupan gue makin terpuruk saat nyokap  harus menjalani rehabilitasi. Bokap gue bahkan gak peduli sama sekali dengan keadaan gue. Dan sebuah kejadian melunturkan rasa sayang gue ke Brian sebagai seorang sodara. Nenek  lebih sayang sama dia ketimbang gue, cucu kandungnya. Pertengkaran hebat waktu itu terpaksa membuat gue diusir dari rumah. Akhirnya gue tinggal di rumah bekas bokap  sekarang. Sejak itu, gue benci sama Brian. Benciiiii.. banget !, Dia udah merebut semua yang gue miliki". Mata Randy berkaca-kaca. Ia menghentikan ceritanya. Nayya memegang tangan Randy. Dalam hatinya prihatin. Ia memeluk tubuh Randy dengan erat dan menenangkan emosinya. Ia berharap Randy sedikit tenang. Saat itu Nayya seakan-akan tak mngenal sososk Randy "5POINT" yang biasanya. Baginya, Randy adalah sosok lemah yang menutupi kelemahannya dengan sebuh kekuasaan.
            Tiba-tiba Randy berlutut di depan Nayya. Ia meneteskan satu persatu butir air matanya di genggaman tangan Nayya. Saat itu Randy menangis sejadi-jadinya. Ia berani mngeluarkan beban terpendamnya.
"sumpah Nay, gue baru berani ngungkapin semuanya ke loe. Loe cewek yang paling bisa ngerti gue", katanya merintih.
"tapi semuanya masih terlalu sakit buat gue", Nayya melepaskan genggaman tangan Randy. 

                                                                   * * * * * *

            Sejak hari itu, Randy selalu berusaha menutup diri dan menghindar dari teman-temannya. Semua merasa heran. Tapi Andra dan yang lain tak begitu mengkhawatirkan. Sesekali bertemu 5POINT, Randy hanya menyunggingkan senyum tanpa ekspresi. Langkah Randy memasuki sebuah ruangan di sebuah sudut bangunan. Kemudian ia duduk di sebuah bangku di depan ruuangan itu. Hari itu ia benar-benar tak punya semangat hidup. Seseorang mengintipnya dari dalam ruangan. Orang itu membukakan pintu dan duduk di sebelah Randy.
"Kalo loe mau, masuk aja. Luapin semuanya lewat musik, pasti hati loe lebih tenang", katanya. Randy hanya acuh tanpa menjawab. Ia mengenali suara itu. Kemudian ia menoleh.
"Thank's Yan", Randy menyahut dan tersenyum pada Brian di sampingnya. "Oke", balas Brian sambil memasuki ruangan musik lagi.
            Brian menutup pintu ruangan itu. Ia mulai memainkan pianonya. Nada-nada indah itu keluar seketika. Randy mendengarnya dari balik pintu. Perlahan-lahan ia menikmati alunan piano yang dimainkan Brian. Hati Randy terketuk untuk membuka pintu ruang musik. Iapun masuk dan melihat Brian yang memainkan piano itu dengan penuh penghayatan. Randy tau, sejak kecil Brian suka memainkan  instrument piano yang diajarkan kakeknya. Pada tuts terakhir, Brian memainkannya semakin keras penuh emosi. Prok..prok..prok... !! Randy bertepuk tangan sambil mendekati Brian. 
"Loe ngingetin gue sama sosok kakek. Dia bangga banget sama loe karena mampu jadi penerus dia yang seorang pianist, gak kyak gue.. seorang berandalan yang bisanya bikin susah semua orang", kata Randy sambil menepuk bahu Brian. Setelah itu Randy cepat-cepat keluar ruangan. Satu butir air mata keluar dari mata Brian.
    
Malam hari..
            Rumah bernomor 25 itu tampak sepi. Lampu depan sudah dimatikan, pagar rumahpun digembok. Meskipun tampak sepi dan gelap, tapi rumah itu terlihat nyaman dengan tekstur minimalisnya. Banyak pepohonan rindang dan tumbuh-tumbuhan di kanan kiri bangunan. Kolam ikan yang airnya tampak bergemericik, dan satu ayunan kuno di tengah taman itu makin mendorong Randy untuk masuk rumah itu. Iapun memberanikan diri meloncati pagar yang tinggi itu. Randy mulai mengetuk pintu rumah denga cemas berharap seseorang yang ingin ia temua ada di dalam. Ia mengintip keadaan dalam rumah lewat jendela besar di depan. Lampu di dalam menyala pertanda ada orang. Tiba-tiba seseorang dari dalam membukakan pintu. Wanita paruh baya membukakan pintu. Keduanya saling berpandangan. 
"Siapa nek ?", teriak seseorang dari dalam. "Eh elo , masuk Ran" , lanjutnya. Terjadilah perbincangan hangat.
"Tumben kamu kesini ?", kata nenek Randy sinis. Randy menunduk.
"Randy pingin tinggal sama nenek", Randy merengek.
"Bukannya kamu yang milih tinggal di rumah ayah kamu yang kaya raya itu?", keadaan makin membeku. "Udah nek , sabar", Brian membela Randy.
"kamu ingt, gara-gara ayah kamu .. ibu kamu jadi menderita, depresi berat!!", nada nenek makin meninggi diiringi tangiis keras darinya. Nenek memukuli Randy dengan tongkatnya. Randy ikut menangis. Ia segera pergi.
            Melihat keadaan itu, Brian segera menenangkan nenek. Sesudahnya ia mengejar Randy. Iapun berhasil menenangkan Randy . Mereka berdua ngobrol di taman kompleks.


NB : masih capek nglanjutin :Dv

            

0 komentar:

Posting Komentar